Selasa, 25 Mei 2010

Warga Baduy Kunjungi Bandara


Liputan6, Tangerang: Sebanyak lebih dari 100 anak dan remaja warga adat Baduy Luar, Lebak, Banten, Kamis (20/5) berkunjung ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Warga di lingkungan budaya tradisional itu ingin melihat pesawat terbang dari dekat, yang selama ini hanya bisa disaksikan melintas di atas rumah.

Warga Desa Kanekes itu bergegas meninggalkan rumah mereka dari pagi hari, sebelum matahari bersinar. Setelah berjalan sekitar tiga kilometer, mereka tiba di Terminal Ciboleger. Setelah satu per satu diabsen, mereka naik ke atas bus. Mereka pun duduk berhimpitan, tanpa mengeluh. Lalu bus bergerak meninggalkan terminal menuju bandara.

Setelah tiga jam perjalanan, bus sampai di bandara Soekarno-Hatta. Perhentian pertama mereka adalah fasilitas pemeliharaan Garuda Indonesia. Mereka diajak masuk dan merasakan berada di dalam salah satu pesawat Garuda Indonesia.

Dikenal memegang teguh adat, warga Baduy itu pun tidak meninggalkan kebiasaan mereka, melepas alas kaki saat memasuki pesawat. Mereka juga diperkenalkan dengan berbagai modul keselamatan penerbangan, layaknya penumpang pesawat.

Setelah merasakan langsung berada di dalam pesawat, warga Baduy itu pun berkesempatan berkeliling Bandara Soekarno-Hatta.

dari televisi : SCTV (LIPUTAN6)

56% Remaja Melakukan Hubungan Sex di Luar Nikah

Sedikitnya 56 persen remaja Kota Bandung pada rentang usia 15 hingga 24 tahun sudah pernah berhubungan seks atau making love (ML) di luar nikah. Hubungan seks dilakukan dengan pacar, teman, dan pekerja seks komersial.
Hal itu terungkap dalam workshop hasil baseline survei pengetahuan dan perilaku remaja Kota Bandung oleh 25 Messenger Jawa Barat di Wisma PKBI Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Selasa (12/8).
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger Jabar Kristian Widya Wicaksono mengatakan, survei yang dilakukan rentang waktu bulan Juni 2008 ini melibatkan rata-rata 100 responden remaja usia 15-24 tahun yang ada di setiap kecamatan di Kota Bandung.
Survei dibagi menjadi dua kategori rentang usia di dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan usia 15-19 tahun dan rentang usia 20-24 tahun. Survei juga mendapat data adanya hubungan sesama jenis dari responden.
“Kita juga melakukan survei dengan melibatkan responden yang biasa nongkrong di tempat-tempat seperti pusat perbelanjaan dan beberapa tempat nongkrong yang dianggap rawan,” kata Kristian.
Dari hasil survei tersebut, Kristian mengatakan sebanyak 56 persen remaja pada rentang usia tersebut pernah melakukan hubungan seksual.
Dari jumlah tersebut, 30 persen menyatakan hubungan dilakukan dengan pacar sendiri, 11 persen dengan pekerja seks komersial (PSK), dan 3 persen dengan seseorang atau teman yang baru dikenalnya (one night standing).
“Dari hasil ini bisa disimpulkan kondisi remaja di Kota Bandung saat ini bisa dikatakan hampir mendekati kondisi parah dalam berperilaku,” katanya.
Menurut Kristian, perilaku remaja tersebut ternyata tidak dipengaruhi tingkat strata sosial. Bukan hanya remaja dari kalangan kelas sosial rendah yang pernah melakukan hubungan seks, tapi di tingkat strata yang lebih tinggi, perilaku semacam ini juga terjadi.
Bahkan tingkat pendidikan juga tidak memengaruhi prilaku mereka berhubungan seks. Ini bisa diketahui dari hasil survei pengetahuan remaja mengenai HIV AIDS dan penularannya. Ternyata, pendidikan tinggi tidak menjamin pengetahuan mereka tentang HIV AIDS lebih baik dibanding mereka yang berpendidikan rendah.
Hanya saja, hasil survei menunjukkan tingkat pendidikan rendah berpengaruh terhadap perilaku menonton film porno. “Ada hasil signifikan, semakin rendah pendidikan, semakin banyak yang menonton film porno. Ini karena rasa ingin tahu mereka,” lanjutnya.
Kristian mengatakan, perilaku remaja yang demikian salah satunya memang paling banyak dipengaruhi oleh tontonan film porno. Selain itu, mereka juga mengetahuinya dari internet. Dan saat ini yang sedang tren adalah memperoleh gambar porno melalui telepon seluler.
Yang cukup mengejutkan, mayoritas remaja/pemuda di rentang usia 15-24, baik laki-laki maupun perempuannya, pernah menonton film porno. Mayoritas lewat VCD/DVD, atau diperoleh dari internet, atau kedua-duanya.
Pengaruh lain dalam perilaku seksual remaja antara lain seringnya orang tua bertengkar serta perceraian orang tua. Dari hasil survei, remaja yang orang tuanya kerap bertengkar membuat mereka mengalihkan kejenuhan tersebut dengan berperilaku menyimpang dengan melakukan hubungan seks.
“Bahkan ada responden yang berhubungan seks dengan PSK sebagai bentuk kompensasi psikologis menghadapi pertengkaran orang tua atau perceraian orang tuanya,” ujar Kristian.
Hasil survei lain menunjukkan bahwa remaja yang tidak aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dan keagamaan sangat memengaruhi perilaku seksual mereka.
Diketahui bahwa mereka yang tidak aktif cukup banyak yang melakukan hubungan seks karena tidak adanya kegiatan lain dan sebaliknya. Namun yang mengejutkan, ada beberapa responden yang aktif dalam kegiatan keagamaan tapi tetap melakukan hubungan seks bahkan dengan PSK.
Dengan perilaku yang demikian, ujar Kristian, 40 persen responden ternyata bergonta-ganti pasangan. Ini menunjukkan ada kecenderungan peningkatan tertular HIV postitif. “Dari sini ada potensi kasus HIV/AIDS bisa meningkat bila tidak segera dicari solusi,” katanya.
Ketua Granat Kota Bandung Edi Herwansyah mengatakan, narkoba juga memengaruhi perilaku seks remaja. Dari hasil penelitian, narkoba seperti minuman keras, ganja, dan sabu-sabu memicu mereka melakukan hubungan seks.
“Saat ini trennya ganja dan sabu. Bila remaja lebih terbuka saat menggunakan narkoba, orang dewasa cenderung melakukannya di tempat tertentu agar orang lain tidak tahu. Dan di Bandung pengguna narkoba juga cenderung meningkat,” katanya

Keunikan KOTA SURAKARTA

Surakarta adalah sebuah kota besar di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama lainnya adalah Solo atau Sala. Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton, menjadikan kota ini pernah menjadi kota dengan dua administrasi. Situasi ini berakhir setelah kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia. Selanjutnya, Solo menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta hingga tahun 1950-an. Setelah karesidenan dihapuskan, Surakarta menjadi kota dengan kedudukan setara kabupaten (Daerah Tingkat II). Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi berstatus Kota.
Surakarta memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java yang diharapkan bisa membangun citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

Bahasa
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh, berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih", seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.

Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.
Batik
Batik adalah kain dengan corak tertentu yang dihasilkan dari bahan malam yang dituliskan di kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris dan Batik Danarhadi. Pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer.Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman.

Makanan



Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional yang lezat. Beberapa makanan khas Surakarta antara lain: Nasi liwet, nasi timlo, nasi gudeg(sedikit berbeda dengan gudeg Yogyakarta), cabuk rambak, serabi Notosuman, intip, bakpia Balong, roti mandarin toko kue Orion, wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, dll.

Pariwisata
Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Selain menyungguhkan pemandangan kota dan kraton Kasunanan, juga memberikan wisata-wisata alam disekitarnya antara lain Tawangmangu (berada di timur kota Solo, di Kab. Karanganyar), Kawasan wisata Selo (berada di barat kota Solo, di Kab. Boyolali). Di Solo juga terdapat sebuah museum batik yang terlengkap di Indonesia yaituHouse of Danar Hadi. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Jogjakarta juga akan singgah di Solo, atau sebaliknya.

Masalah Penderitan Manusia

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan susuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat lahir atau batin atau lahir batin. Penderitaan bertingkat-tingkat ada yang berat ada yang ringan, namun peranan individu juga menentukan barat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan resiko hidup. Tuhan membaerikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya. Tanda atau wangsit dapat berupa mimpi atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia Tuhan telah membarikannya banyak kelebihan dibandingkan dengan mahluk ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Dalam surat Al insyiqoq : 6 dinyatakan manusia ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan artinya bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk melangsungkan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam) menghadapi masyarakat sekelilingnya dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya/kurang sungguh menghadapinya maka akibatnya manusia akan menderita.

PENGARUH PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, Siakp ini diungkapkan dalam peribahasa "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna" ,"nasib sudah menjadi bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu tiri,ia berjuang menentang kekerasan dan lain-lainnya
Apabila sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.

Imam Jafar Shadiq: Tokoh Teladan dan Pemersatu Umat Sepanjang Generasi



Sekjen Lembaga Pendekatan Mazhab Islam, Ayatullah Taskhiri berkata: Imam Jafar Shadiq as mampu mengarahkan semua pengikut pelbagai mazhab Islam dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Islam yang agung. Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri selaku Sekjen Lembaga Pendekatan Mazhab Islam dalam sebuah wawancara yang diliput oleh Suara Afghanistan—usai menghadiri seminar Imam Jafar Shadiq as di Kabul—menyatakan: mampu mengarahkan semua pengikut pelbagai mazhab Islam dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Islam yang agung.

Ayatullah Taskhiri menyebut Imam Jafar Shadiq as sebagai guru besar bagi para imam mazhab Islam dan sekaligus sosok pemersatu umat Islam di sepanjang zaman.
Ayatullah Taskhiri mengatakan: Terselenggaranya seminar seperti ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sosok agung dunia Islam kepada kalangan kaum cerdik, mahasiswa dan para pemuda Islam.
Beliau menyatakan bahwa mengenalkan pribadi-pribadi agung dan yang menjadi kebanggaan Islam seperti Imam Jafar Shadiq as dan Imam Abu Hanifah ra dapat menyebabkan pendekatan antar mazhab-mazhab Islam. Menurut beliau, mengenalkan sosok-sosok agung, khususnya seperti Imam Jafar Shadiq as dapat mendorong umat Islam untuk bersatu dalam mencapai tujuan-tujuan tinggi Islam dan juga menciptakanpersaudaraan dan persamaan di antara mereka.
Menurut penjelasan beliau, Imam Jafar Shadiq as. yang memiliki 4.000 murid dari pelbagai mazhab dan agama merupakan contoh dan teladan yang patut ditiru dalam gerakan umat Islam menuju persatuan dan toleransi atas pelbagai perbedaan. Ia menambahkan bahwa semua murid Imam Shadiq as mencintainya. Hanya karena Imam berkomunikasi secara baik dengan mereka, mereka pun terpikat dengan beliau.
Beliau juga menegaskan: Dalam suasana instabilitas politik, pembuatan hadis-hadis palsu, dan pelbagai keadaan pelik lainnya, Imam ash Shadiq mampu membimbing umat Islam ke jalan yang benar dan berhasil menahkodai behtera umat Islam menuju dermaga dan tujuan yang ingin digapainya.
Beliau mengharapkan umat Islam supaya mereka mengenal tokoh-tokoh Islam yang terpandang. Jika hal ini terwujud maka mereka mampu mengatasi pelbagai kendala dan tantangan yang menghadang mereka.
Ayatullah Taskhiri menambahkan: Semua mazhab memiliki kesamaan dalam prinsip keimanan. Sehingga jika seseorang mempunyai prinsip keimanan tersebut maka ia tergolong sebagai umat Islam dan barangsiapa yang mengingkarinya maka ia keluar dari barisan umat Islam.
Dalam akhir wawancaranya, beliau berkata: Saya kira seminar ini adalah suatu gerakan yang indah dan saya berharap akan memberikan dampak yang positif dalam menciptakan persatuan di antara umat Islam.
Perlu dicatat bahwa seminar tentang Imam Jafar Shadiq as ini merupakan seminar yang membahas khusus para imam mazhab Islam untuk kedua kalinya diadakan di Afghanistan.

Sikap Komjen Susno dalam ungkap MARKUS(Makelar Kasus)

Publik berharap kesaksian Susno merupakan momentum obyektifitas pemikiran Susno yang benar-benar mencintai Kepolisian dan untuk menyelamatkan wajah Kepolisian Indonesia. Walaupun sikapnya itu membuat kontraksi besar di tubuh organisasinya serta membuat gamang lebih 360 ribu anggota kepolisian tanah air dalam melihat quo vadis kepolisian kedepan karena begitu telanjangnya distorsi konflik terbuka diantara pimpinan mereka yang sangat tidak lazim bagi paradigma dan kultur organisasi mereka.
Publik berharap tindakan Susno didasari atas kecukupan data dan fakta untuk menjadi layak bagi masyarakat memahami kasus ini secara proporsional. Khususnya para penegak hukum untuk bisa melihat wajah institusi penegak hukumnya, dalam hal ini kepolisian terkait dengan apa yang ia sebut sebagai “penyelamatan” bagi orang-orang yang “berkhianat”.

Berkhianat dalam konteks bahwa ia merasa komitment Presiden juga komitment Kapolri untuk menjadikan institusi Polri ini profesional dan memiliki integritas, dicoreng moreng oleh sekelompok markus yang justru berada di pusat kekuasaan Kepolisian. Dalam konteks ini Susno hanya menegaskan opininya siapa sebenarnya yang berkhianat dibalik centang perenangnya birokrasi dan perilaku di jajaran kepolisan.
Oleh karena itu, terlepas materi kasus yang disampaikan Susno, tentunya respons obyektif para penegak hukum seperti Satgas Mafia hukum bentukan Presiden, KPK dan Kejaksaan harus melihat persoalan ini dalam perspektif itu. Perspektif yang menempatkan Susno sebagai pembuka kotak pandora. Informasi yang disampaikannya berhak mendapat respons memadai dari institusi lain jika negeri ini tidak lagi dicap sebagai negeri yang terkenal korup. Dalam konteks itu, persoalan ini semestinya tidak boleh difokuskan kepada sosok Susno dan mencari ‘motifnya’, seperti mengapa baru sekarang dia mengungkapkan makelar kasus di kepolisian.